KBRN, Jakarta: Direktur Utama Perum Bulog, Novi Helmy Prasetya, mengungkapkan bahwa pihaknya telah berhasil menyerap sebanyak 190 ribu ton beras selama periode Januari hingga Februari 2025. Meskipun angka tersebut masih jauh dari target penyerapan sebesar 3 juta ton beras yang ditetapkan hingga April 2025, Bulog tetap berkomitmen untuk terus melakukan penyerapan demi menjaga ketersediaan pangan nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI yang membahas rencana kerja dan anggaran Bulog untuk tahun 2025. Novi menegaskan bahwa meskipun penyerapan belum mencapai target, cadangan beras yang dimiliki Bulog saat ini dalam kondisi aman, terutama dalam menghadapi bulan Ramadan dan perayaan Idul Fitri yang biasanya meningkatkan permintaan masyarakat. Hingga saat ini, jumlah cadangan beras yang tersedia di gudang Bulog mencapai 2 juta ton, siap untuk didistribusikan sesuai kebutuhan.
“Sejak awal tahun 2025 hingga saat ini, Bulog telah menyerap kurang lebih 190 ribu ton beras. Posisi stok dan sebaran komoditas pangan ini disiapkan untuk menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional, termasuk bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri,” ujar Novi dalam rapat yang berlangsung di Ruang Rapat Komisi VI DPR RI pada Senin (3/3/2025).
Novi merinci bahwa dari total cadangan beras tersebut, sebanyak 1.901.024 ton terdiri dari beras medium yang merupakan bagian dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP). Sementara itu, sebanyak 50.951 ton beras merupakan beras premium komersial yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di pasar modern dan pasar tradisional. Stok beras tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia melalui jaringan distribusi yang terdiri dari 26 kantor wilayah (kanwil) dan 477 kompleks pergudangan.
“Bulog saat ini menguasai stok komoditas pangan penugasan sebesar 1.951.975 ton beras per tanggal 27 Februari 2025. Stok tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan kami berkomitmen untuk menjaga kestabilan harga sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh Pemerintah,” tambahnya.
Lebih lanjut, Novi menegaskan bahwa Bulog terus berupaya melakukan penyerapan gabah dari petani dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional dan memberikan harga yang layak bagi petani. Program penyerapan gabah ini juga diharapkan dapat mendorong peningkatan produksi beras di dalam negeri serta menekan harga beras di tingkat konsumen.
Selain menjaga ketersediaan stok beras, Bulog juga aktif melaksanakan operasi pasar murah di berbagai daerah. Langkah ini dilakukan untuk memastikan masyarakat mendapatkan akses terhadap bahan pangan dengan harga yang terjangkau, terutama menjelang bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri. Bulog bekerja sama dengan pemerintah daerah, BUMN pangan, dan mitra swasta untuk memperluas jangkauan distribusi beras ke seluruh pelosok negeri.
Dalam upaya meningkatkan penyerapan gabah, Novi juga mengajak para petani untuk menjual hasil panennya langsung kepada Bulog dengan harga sesuai HPP sebesar Rp6.500 per kilogram. Hal ini diharapkan dapat memberikan keuntungan yang lebih baik bagi petani sekaligus memastikan ketersediaan stok beras dalam negeri tetap terjaga.
“Kami terus berupaya memperkuat kemitraan dengan petani lokal melalui mekanisme penyerapan gabah langsung dari petani. Bulog berkomitmen untuk memberikan harga yang layak bagi petani dan memastikan bahwa hasil panen mereka terserap dengan baik,” jelasnya.
Novi juga menekankan pentingnya dukungan masyarakat dalam menjaga stabilitas harga pangan. Ia berharap masyarakat tidak melakukan panic buying dan tetap mempercayakan distribusi beras kepada Bulog yang berperan sebagai stabilisator harga pangan nasional.
“Dengan dukungan semua pihak, kami optimis penyerapan beras akan terus meningkat dan kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan Idul Fitri akan terpenuhi. Bulog siap menjaga ketahanan pangan dan memberikan manfaat nyata bagi petani serta masyarakat luas,” tutupnya.
Melalui berbagai langkah tersebut, Bulog diharapkan mampu memperkuat perannya dalam mendukung ketahanan pangan nasional, menjaga stabilitas harga, dan meningkatkan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia.