Timnas Prancis seolah-olah terkena kutukan setelah sering kalah dan tersingkir usai adu penalti dalam berbagai level turnamen.
Kegagalan Prancis U-17 juara Piala Dunia U-17 2023 usai kalah adu penalti 3-4 (2-2) dari Jerman di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (2/12), menambah daftar buruk kekalahan lewat adu penalti tersebut.
Dikutip dari L’Equipe, timnas sepak bola Prancis senior kalah adu penalti dari Austria, 4-5 (3-3) pada babak perempat final Euro 2020.
Setahun kemudian, Le Bleus, julukan dari timnas Prancis lagi-lagi gagal lewat adu penalti usai kalah 2-4 (3-3) dari Argentina di final Piala Dunia 2022 di Qatar. Kekalahan itu membuat Prancis gagal meraih bintang ketiga di lambang.
Tak sampai di situ, pada kategori putri, Prancis kalah 6-7 (0-0) dari Australia di babak perempat final Piala Dunia Wanita 2023.
Khusus Prancis U-17, dua kali kalah dalam adu penalti. Menariknya Tim Ayam Jantan dua kali kalah dengan lawan yang sama, yakni timnas Jerman.
Di final Piala Eropa U-17 2023, Prancis kalah 4-5 (0-0) dari Jerman sebelum takluk di final Piala Dunia U-17 2023 di Indonesia.
Sejumlah kekalahan Prancis dalam adu barang tentu penalti itu jadi persoalan. Direktur Teknik FFF Hubert Fournier menyebut pihaknya harus menemukan solusi dari masalah ini.
“Kita tidak boleh jatuh ke dalam sesuatu yang melumpuhkan kita, ke dalam bentuk psikosis,” kata Fournier.
“Manajemen emosional perlu dikontrol dengan lebih baik. Tidak perlu ragu, solusinya pasti ada, dan kita harus menemukan itu,” ucap Fournier menambahkan.
Fournier masih akan membicarakan hal tersebut dengan pihak terkait. Ia menyebut bahwa timnas Prancis di semua level membutuhkan bantuan psikolog hingga hipnoterapis.
“Kami akan membicarakannya dengan hangat di ruang ganti,” jelas Fournier.
“Penting dalam menempatkan unit khusus untuk mendukung emosional para pemain, bahkan memanggil psikolog. Penting untuk memikirkan itu dan kami akan melakukannya, percayalah,” tutur Fournier melanjutkan.